Penerapan Psikologi Anak Terhadap Strategi Pembelajaran Guru Oleh; Ahyarudin Guru MIN 2 Muara Enim by Ahyar Amin
Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan
Jumat, 17 Januari 2014
Rabu, 02 Mei 2012
Pendidikan dalam Keluarga (dirumah).
Keluarga pada
hakekatnya merupakan tempat dimana disiapkan generasi umat yang andal. Oleh
karena itu, jika ada lembaga pendidikan yang utama dan pertama maka lembaga itu
tidak lain adalah keluarga. Dengan demikian, peran orang tua sebagai educator
dan role model didasarkan pada pandangan bahwa sesungguhnya manusia itu adalah
“Mahluk Peniru atau Imitator” Ia mencontoh orang lain di sepanjang kehidupanya.
Kerena itu maka orang tua harus tahu cara mendidik dan harus mengerti ciri khas
dari setiap umur yang dilalui oleh anak serta melaksanakan sendiri nilai moral
dan agama termasuk kebiasaan yang baik seperti disiplin kerja dan belajar di
dalam kehidupan sehari hari.(Yusup Barnawi:81)
Ibu adalah sekolah pertama sementara
pendidikan merupakan tanggung jawab bapak sebagai penanggung jawab
keluarga,maka termasuk kewajiban bapak memilih sekolah pertama yang baik bagi
anaknya.Menjadi guru bagi anak usia dini tidak berarti ibu mendidik secara
individual,namun dapat dilakukan secara kelompok dengan melibatkan para oPendidikan dalam KelurgaPendidikan dalam Kelurga (dirumah)rang
tua yang ada disekitar lingkungan menjadi tempat pengajar. Oleh karena itu orang
tua memberikan pendidikan sejak dini adalah untuk meruba perilaku anak dari
kecenderungan merasakan kenikmatan langsung kepada pengalaman terhadap
kehidupanya. Sebagai orang tua harus mengerti dengan keadaan anak, anak akan
merasa bosan bila terus menerus belajar mereka butuh bermain, orang tua harus memberikan permainan yang baik
yang berupa permainan berupa bulding yaitu menyusun balok.Selasa, 10 April 2012
Cara Bikin Shoutbox
Shoutbox merupakan widget untuk mengirim
pesan singkat seperti kritikan dan saran, perkenalan,ucapan selamat,dan
lain-lain kepada pemilik blog atau pengunjung lainnya.
Shoutbox
ini biasanya terletak di samping kanan halaman depan blog atau website. Dengan
shoutbox pengunjung bisa berinteraksi dengan pengunjung lain.
Shoutbox sebuah layanan yang sangat menarik
yang dapat menjalin hubungan antar sesama blogger. Jika Anda ingin untuk
memilikinya. Silahkan ikuti cara-cara dibawah ini (Cara Bikin Shoutbox )
:
1. Buka situs www.shoutmix.com kemudian klik Create Your Shoutbox Now. Lihat gambar
1. Buka situs www.shoutmix.com kemudian klik Create Your Shoutbox Now. Lihat gambar
2. Lalu isi informasi dan e-mail dengan benar. Beri tanda centang pada “I have read and agree to the Terms of Service”. Kemudian klik Continue.
3. Selanjutnya Anda akan kehalaman berikutnya
pilih salah satu style/model shoutbox yang anda inginkan, isi kode verifikasi lalu
klik Continue. Anda akan dibawa ke halaman konfirmasi bahwa account Anda
telah berhasil dibuat.
example
Senin, 09 April 2012
IMPLIKASI TEORI BELAJAR CARL ROGERS DALAM PENDIDIKAN
Artikel
Oleh : Atrisna, S.Pd (Guru MAN Muara Enim)
A. Pendahuluan
Belajar merupakan sebuah proses yang terjadi pada manusia dengan berpikir, merasa, dan bergerak untuk memahami setiap kenyataan yang diinginkannya untuk menghasilkan sebuah perilaku, pengetahuan, atau teknologi atau apapun yang berupa karya dan karsa manusia tersebut. Belajar berarti sebuah pembaharuan menuju pengembangan diri individu agar kehidupannya bisa lebih baik dari sebelumnya. Belajar pula bisa berarti adaptasi terhadap lingkungan dan interaksi seorang manusia dengan lingkungan tersebut.
Menurut Arden N. Frandsen dalam Darsono (2001), mengatakan bahwa hal yang mendorong seseorang itu untuk belajar antara lain adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas, adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju, adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-teman, adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan kompetensi, adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman, adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari pada belajar. (Frandsen, 1961, p.216).
Secara luas teori belajar selalu dikaitkan dengan ruang lingkup bidang psikologi atau bagaimanapun juga membicarakan masalah belajar ialah membicarakan sosok manusia. Ini dapat diartikan bahwa ada beberapa ranah yang harus mendapat perhatian. Ranah-ranah itu ialah ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor.
Teori belajar Carl Rogers merupakan salah satu teori belajar humanistik yang menekankan perlunya sikap saling menghargai dan tanpa prasangka (antara klien dan terapist) dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Rogers menyakini bahwa klien sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya dan tugas terapist hanya membimbing klien menemukan jawaban yang benar. Menurut Rogers, teknik-teknik assessment dan pendapat para terapist bukanlah hal yang penting dalam melakukan treatment kepada klien. (Sudrajat, 2007). Dalam artikel sederhana ini, saya akan mencoba menguraikan penerapan teori relajar Carl Rogers dalam pendidikan.
B. Pembahasan
I. Aplikasi Teori Humanistik Carl Rogers dalam Pendidikan
Belajar adalah menekankan pentingnya isi dari proses belajar bersifat eklektik, tujuannya adalah memanusiakan manusia atau mencapai aktualisasi diri. Aplikasi teori humanistik Carl Rogers dalam pembelajaran guru lebih mengarahkan siswa untuk berpikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar. Hal ini dapat diterapkan melalui kegiatan diskusi, membahas materi secara berkelompok sehingga siswa dapat mengemukakan pendapatnya masing-masing di depan kelas. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila kurang mengerti terhadap materi yang diajarkan.Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. (Sanusi, 2009)
1. Aplikasi Teori Belajar Carl Rogers terhadap pembelajaran Guru dan siswa
Guru yang baik menurut teori ini adalah Guru yang memiliki rasa humor, adil, menarik, lebih demokratis, mampu berhubungan dengan siswa dengan mudah dan wajar. Ruang kelas lebih terbuka dan mampu menyesuaikan pada perubahan. Sedangkan guru yang tidak efektif adalah guru yang memiliki rasa humor yang rendah ,mudah menjadi tidak sabar ,suka melukai perasaan siswa dengan komentar yang menyakitkan, bertindak agak otoriter, dan kurang peka terhadap perubahan yang ada.
Teori belajar humanistik Rogers juga menitikberatkan pada metode student-centered, dengan menggunakan "komunikasi antar pribadi" yaitu berpusat pada peserta didik dengan mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik untuk dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam suatu kehidupan. Yang terpenting dari Rogers adalah proses suasana (emotional approach) dalam pembelajaran bukan hasil dari belajar. Seorang guru harus lebih responsif terhadap kebutuhan kasih sayang dalam proses pendidikan. Perasaan gembira, tidak tertekan, nyaman adalah hal yang dinginkan dalam proses pembelajaran. (Wahyudin, 2009)
Menurut Wartawarga (2009), Teori Roger dalam bidang pendidikan adalah dibutuhkannya 3 sikap dalam fasilitator belajar yaitu realitas di dalam fasilitator belajar, penghargaan, penerimaan, dan kepercayaan, serta pengertian yang empati.
a. Realitas di dalam fasilitator belajar merupakan sikap dasar yang penting. Seorang fasilitator menjadi dirinya sendiri dan tidak menyangkal diri sendiri, sehingga ia dapat masuk kedalam hubungan dengan pelajar tanpa ada sesuatu yang ditutup-tutupi.
b. Penghargaan, penerimaan, dan kepercayaan menghargai pendapat, perasaan, dan sebagainya membuat timbulnya penerimaan akan satu dengan lainnya. Dengan adanya penerimaan tersebut, maka akan muncul kepercayaan akan satu dengan lainnya.
c. Pengertian yang empati, Untuk mempertahankan iklim belajar atas dasar inisiatif diri, maka guru harus memiliki pengertian yang empati akan reaksi murid dari dalam. Guru harus memiliki kesadaran yang sensitif bagi jalannya proses pendidikan dengan tidak menilai atau mengevaluasi. Pengertian akan materi pendidikan dipandang dari sudut murid dan bukan guru.
Guru menghubungan pengetahuan akademik ke dalam pengetahuan terpakai seperti memperlajari mesin dengan tujuan untuk memperbaiki mobil. Experiential Learning menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan siswa. Kualitas belajar experiential learning mencakup : keterlibatan siswa secara personal, berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri, dan adanya efek yang membekas pada siswa.
Menurut Rogers dalam Zakaria (2009) yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:
1) Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
2) Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa
3) Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
4) Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.
Dari bukunya Freedom To Learn, Carl Rogers menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip dasar humanistik yang penting diantaranya ialah :
1) Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.
2) Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
3) Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
4) Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
5) Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
6) Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
7) Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.
8) Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari.
9) Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting.
10) Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.
Salah satu model pendidikan terbuka mencakup konsep mengajar guru yang fasilitatif yang dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada tahun 1975 mengenai kemampuan para guru untuk menciptakan kondisi yang mendukung yaitu empati, penghargaan dan umpan balik positif. Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah :
1) Merespon perasaan siswa
2) Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
3) Berdialog dan berdiskusi dengan siswa
4) Menghargai siswa
5) Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan
6) Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan segera dari siswa)
7) Tersenyum pada siswa
Dari penelitian itu diketahui guru yang fasilitatif mengurangi angka bolos siswa, meningkatkan angka konsep diri siswa, meningkatkan upaya untuk meraih prestasi akademik termasuk pelajaran bahasa inggris dan matematika yang kurang disukai, mengurangi tingkat problem yang berkaitan dengan disiplin dan mengurangi perusakan pada peralatan sekolah, serta siswa menjadi lebih spontan dan menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi.
Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses yang umumnya dilalui adalah :
a) Merumuskan tujuan belajar yang jelas
b) Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas , jujur dan positif.
c) Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri
d) Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri
e) Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dariperilaku yang ditunjukkan.
f) Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.
g) Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
h) Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa
2. Contoh Aplikasi Teori Belajar Humanistik Carl Rogers
Contoh Aplikasi Teori belajar Carl Rogers diterapkan pada Pembelajaran di Sekolah Alam Jakarta. Siswa mampu mengaitkan pelajaran dengan nyata, juga dapat mengaitkan hubungan antar pelajaran yang mereka terima. Di Sekolah Alam Jakarta tidak hanya siswa yang belajar, guru pun belajar dari murid, bahwa orang tua juga belajar dari guru dan siswa. Anak-anak tidak hanya belajar di kelas, tetapi mereka belajar dari mana saja dan dari siapa saja. Selain belajar dari buku, anak-anak juga belajar dari alam sekelilingnya. Anak-anak bukan belajar untuk mengejar nilai, tetapi untuk bisa memanfaatkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Sartika (2008), Suatu tema di sekolah alam ditegaskan dalam semua mata pelajaran. Dengan demikian pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran bersifat integratif, Komprehensif dan aplikatif sekaligus juga memahami kemampuan dasar yang ingin ditumbuhkan kepada anak-anak Sekolah Alam Jakarta adalah kemampuan membangun jiwa keingintahuan, melakukan observasi, membuat hipotesa, serta kemampuan berfikir ilmiah. Dengan metode spider web mereka belajar tidak hanya dengan mendengar penjelasan guru, tetapi juga dengan melihat, menyentuh, merasakan, dan mengikuti keseluruhan proses dari setiap pembelajaran. Di sini anak juga diarahkan untuk memahami potensi dasarnya sendiri. Setiap anak dihargai kelebihannya, dan dipahami kekurangannya. Dengan begitu, di Sekolah Alam Jakarta, berbeda dengan pendapat guru bukanlah hal yang tabu.
Menurut Teori Carl Rogers, Dalam keseharian di sekolah alam sama sekali tidak ditemukan proses belajar dalam artian “formal” dan konvensional. Dalam sekolah alam rasa keingintahuan anak dapat tersalurkan. Apapun yang mereka inginkan dapat mereka temukan di sekolah alam. Anak diberikan kebebasan untuk memuaskan keingintahuan mereka tanpa dihalangi oleh ruang kelas, pakaian, peraturan sekolah yang “mematikan” daya kreativitas maupun guru yang terlalu mengatur sehingga mereka dapat menemukan sesuatu yang penting dan berarti tentang mereka dan dunia yang mengelilinginya dalam kegiatan belajar mereka. Siswa tidak hanya belajar dari teori-teori belaka yang diberikan oleh guru, mereka justru memperoleh pengetahuan dari apa yang mereka amati dan mereka perhatikan melalui proses belajar mereka. Kemampuan dasar yang ingin ditumbuhkan pada anak-anak di sekolah alam adalah kemampuan membangun jiwa, keinginan melakukan observasi, membuat hipotesa, serta kemampuan berfikir ilmiah. Belajar di alam terbuka secara naluriah akan menimbulkan suasana fun, tanpa tekanan dan jauh dari kebosanan. Dengan demikian akan tumbuh kesadaran pada anak-anak bahwa learning is fun, dan sekolah pun menjadi identik dengan kegembiraan.
Siswa belajar tidak hanya dengan mendengar penjelasan guru, tetapi juga dengan melihat, menyentuh, merasakan dan mengikuti keseluruhan proses dari setiap pembelajaran. Di sini anak juga diarahkan untuk memahami potensi dasarnya sendiri. Setiap anak di hargai kelebihannya dan dipahami kekurangannya. Mereka diarahkan untuk belajar secara aktif. Di mana guru berperan sebagai fasilitator. Siswa belajar tidak untuk mengejar nilai, tetapi untuk memanfaatkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari. Menjadikan anak memiliki logika berpikir yang baik, mencermati alam lingkungannya menjadi media belajarnya dengan metode action learning dan diskusi. Anak-anak ,tidak hanya belajar di kelas, tetapi mereka belajar dari mana saja dan dari siapa saja. Mereka tidak hanya belajar dari buku, tetapi juga belajar dari alam sekelilingnya.
Jika dikaji dengan Teori Belajar Carl Rogers, Berikut Penerapan teori belajar pada sekolah alam:
a. Keinginan untuk belajar Anak diberikan kebebasan untuk memuaskan keingintahuan mereka tanpa dihalangi oleh ruang kelas, pakaian, peraturan sekolah yang “mematikan” daya kreativitas maupun guru yang terlalu mengatur.
b. Belajar secara signifikan. Proses belajar ditujukan bukan untuk mengejar nilai, tapi untuk bisa memanfaatkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari. Menjadikan anak memiliki logika berpikir yang baik, sehingga dapat digunakan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Anak memperoleh sekaligus pengetahuan beserta penerapannya dalam kehidupan pribadinya maupun bermasyarakat. Sehingga sumber daya manusia yang dihasilkan bukanlah orang-orang yang mampu berteori tetapi juga mampu mengaplikasikannya.
c. Belajar tanpa ancaman Belajar di alam terbuka, secara naluriah akan menimbulkan suasana fun tanpa tekanan dan jauh dari kebosanan. Dengan demikian akan tumbuh kesadaran pada anak-anak bahwa learning is fun, dan sekolah menjadi identik dengan kegembiraan sehingga inti pokok pembelajaran dapat diserap dengan baik.
d. Belajar atas inisiatif sendiri Anak-anak belajar tidak hanya selama jam belajar sekolah. Mereka dapat belajar dari apapun dan kapanpun. Dengan sistem belajar dalam sekolah alam yang telah membiasakan mereka untuk belajar secara aktif dan mandiri, membuat mereka menemukan, memilih, dan mencari tahu sendiri apa yang ingin diketahuinya.
e. Belajar dan berubah Yang berubah sehingga mereka diharapkan akan mampu beradaptasi dengan situasi lingkungan yang selalu dinamis.
II. Implikasi Teori Belajar Humanistik Carl Rogers
Menurut Wahyudin (2009), Psikologi humanistik Carl Rogers memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator. Berikut ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas fasilitator. Ini merupakan ikhtisar yang sangat singkat dari beberapa (petunjuk):
1. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas
2. Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
3. Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.
4. Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka.
5. Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.
6. Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok
7. Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-angsur dapat berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, seperti siswa yang lain.
8. Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa
9. Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar
10. Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk mengenali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.
Berikut salah satu contoh Implikasi teori belajar humanistik Rogers terhadap metode pembelajaran sains dimana dalam pembelajaran sains lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan dalam proses pembelajaran sains yang lebih menekankan pada pembawaan metodenya. Seperti metode tanya jawab, metode diskusi, metode pemecahan masalah, dan metode demonstrasi. Sehingga posisi guru menjadi fasilitator, motivator, dan stimulator. Guru hanya memfasilitasi pembelajaran peserta didiknya untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Wartawarga (2009) mengemukakan Kelemahan atau kekurangan pandangan Rogers terletak pada perhatiannya yang semata – mata melihat kehidupan diri sendiri dan bukan pada bantuan untuk pertumbuhan serta perkembangan orang lain. Rogers berpandangan bahwa orang yang berfungsi sepenuhnya tampaknya merupakan pusat dari dunia, bukan seorang partisipan yang berinteraksi dan bertanggung jawab di dalamnya.
Selain itu gagasan bahwa seseorang harus dapat memberikan respons secara realistis terhadap dunia sekitarnya masih sangat sulit diterima. Semua orang tidak bisa melepaskan subyektivitas dalam memandang dunia karena kita sendiri tidak tahu dunia itu secara obyektif.
Rogers juga mengabaikan aspek – aspek tidak sadar dalam tingkah laku manusia karena ia lebih melihat pada pengalaman masa sekarang dan masa depan, bukannya pada masa lampau yang biasanya penuh dengan pengalaman traumatik yang menyebabkan seseorang mengalami suatu penyakit psikologis.
C. Penutup
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari tulisan ini antara lain :
1. Aplikasi teori humanistik Carl Rogers dalam pembelajaran guru lebih mengarahkan siswa untuk berpikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar. Hal ini dapat diterapkan melalui kegiatan diskusi, membahas materi secara berkelompok sehingga siswa dapat mengemukakan pendapatnya masing-masing di depan kelas.
2. Teori belajar humanistik Rogers menitikberatkan pada metode student-centered, dengan menggunakan "komunikasi antar pribadi" yaitu berpusat pada peserta didik dengan mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik untuk dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam suatu kehidupan.
3. Implikasi teori belajar humanistik Rogers terhadap metode pembelajaran lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan dalam proses pembelajaran Seperti metode tanya jawab, metode diskusi, metode pemecahan masalah, dan metode demonstrasi. Sehingga posisi guru menjadi fasilitator, motivator, dan stimulator. Guru hanya memfasilitasi pembelajaran peserta didiknya untuk mencapai tujuan pembelajaran.
D. Sumber Referensi
Darsono, Max. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.
Hall, Calvin S., & Lindzey, Gardner (2000), Teori-Teori Holistik (Organismik-Fenomenologis), Dr. A. Supratiknya (ed.), Jogjakarta :Kanisius .
Sanusi, Suzana. 2009. Teori Belajar Humanistik. Diundu pada tanggal 17 Februari 2010 dalam file:///D/teori-belajar-humanistik.html
Sartika, Andita Ayu. 2008. Penerapan Teori Belajar Pada Pendidikan Sekolah Alam. Di undu pada tanggal 10 April 2010 dalam http://forum.upi.edu/v3/index.php? topic
Wahyudin, Yuyun. 2009. Teori Belajar Humanistik Carl Ransom Rogers Dan Implikasinya Terhadap Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Diundu pada tanggal 18 Februari 2010
Wartawarga, 2009. Teori Humanistik Carl Rogers. Diundu pada tanggal 17 Februari 2010dalamfile:///D:/Teori%20Humanistik%20Carl%20Rogers%20%20%20Warta%20Warga.htm
Zakaria, Slamet. 2009. Tokoh-tokoh Teori Belajar. Diundu pada tanggal 17 Februari 2010 dalam file:///D:/teori%20belajar%20carl%20roger+behaviour.htm
http://abu-muthi.blogspot.com
PERBANDINGAN PENDIDIKAN MESIR-INDONESIA
Oleh : Atrisna (Guru
MAN Muara Enim)
A. Pendahuluan
Pendidikan
merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kemajuan suatu negara. Pendidikan
yang baik akan menghasilkan generasi
yang baik sehingga akan berdampak bagi negara dan bangsa yang lebih
maju. Setiap negara menyelenggarakan pendidikan sebagai upaya untuk membangun
bangsa. Mesir terletak di
bagian timur laut benua afrika dan semenanjung sinai di barat daya benua Asia.
merupakan negara yang fokus pada sektor pendidikan untuk memajukan
negaranya.
Mesir
memiliki sistem pendidikan secara keseluruhan terbesar di Timur Tengah dan
telah berkembang dengan pesat sejak awal 1990-an. Dalam beberapa tahun terakhir
Pemerintah Mesir telah diberikan prioritas yang lebih besar dalam memperbaiki
sistem pendidikan. Menurut Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Mesir menempati
peringkat 116 di IPM. Dengan bantuan Bank Dunia dan organisasi-organisasi
multilateral lainnya Mesir bertujuan untuk meningkatkan akses pada perawatan
anak usia dini dan pendidikan serta masuknya ICT di semua tingkat pendidikan,
terutama pada tingkat tersier.
Berdasarkan
alasan di atas, dilakukan Perbandingan pendidikan antara Mesir dan
Indonesia. Perbandingan Pendidikan merupakan
suatu kegiatan menganalisa dua hal atau
lebih untuk mencari kesamaan- kesamaan dan perbedaan-perbedaannya. Dengan
demikian maka studi perbandingan pendidikan ini adalah mengandung pegertian
sebagai usaha menganalisa dan mempelajari secara mendalam dua hal atau aspek
dari sistem pendidikan, untuk mencari dan menemukan kesamaan-kesamaan dan
perbedaan-perbedaan yang ada dari kedua hal tersebut.
B. Pembahasan
A.
Sistem Pendidikan di Negara
Mesir
1. Jenjang Pendidkan di Negara Mesir
Sistem pendidikan Mesir sangat sentralistik, dan dibagi menjadi tiga tahap:
a. Pendidikan
Dasar (Arab: التعليم الأساسى, transliterasi: al-Ta
aleem al-ʿ Asassī) terdiri dari Tahap primer dan tahap persiapan. Untuk pendidikan dasar 4-14 tahun: TK selama
dua tahun diikuti oleh sekolah dasar selama enam tahun dan sekolah persiapan
selama tiga tahun.
b. Pendidikan Menengah (Arab: التعليم الثانوى, transliterasi: al-Ta aleem al-ʿ Thanawī)
. Sekolah
menengah tahap selama tiga tahun, untuk usia 15-17.
c. Pasca Pendidikan Menengah (Arab:
التعليم الجامعى, transliterasi:
al-Ta aleem ʿ al-ʿ Gamme ī)
1) Pendidikan Dasar
Pendidikan di Mesir wajib dilakukan selama 9 tahun
akademik antara usia 6 dan 14. Selain itu, semua tingkat pendidikan bebas dalam
menjalankan pemerintahan sekolah. Menurut Bank Dunia, terdapat perbedaan besar
dalam pencapaian pendidikan yang kaya dan yang miskin, yang biasa dikenal
sebagai "kesenjangan kekayaan." Meskipun rata-rata tahun sekolah
diisi oleh orang kaya dan miskin hanya satu atau dua tahun, tetapi kesenjangan kekayaan mencapai setinggi
sembilan atau sepuluh tahun.
Pada tahun 1999-2000 angka partisipasi total
pra-siswa SD adalah 16 persen dan meningkat menjadi 24 persen pada tahun 2009.
Terlepas dari swasta atau negara dijalankan, semua lembaga prasekolah berada di
bawah Departemen Pendidikan. Adapun tugas Departemen yaitu untuk memilih dan
mendistribusikan buku pelajaran. Menurut
Departemen pendidikan, pedoman ukuran maksimum prasekolah tidak boleh melebihi dari 45 siswa. Departemen Pendidikan juga
mendapat dukungan dari lembaga internasional seperti Bank Dunia untuk
meningkatkan sistem pendidikan anak usia dini dengan meningkatkan akses ke
sekolah-sekolah, peningkatan kualitas pendidikan dan membangun kapasitas para
guru. Lapis kedua wajib pendidikan dasar
adalah tahap persiapan menengah pertama atau tiga tahun yang lama. Pentingnya menyelesaikan
tingkat pendidikan ini adalah untuk menjaga siswa terhadap buta huruf sebagai
awal drop out pada tahap ini mudah surut
ke buta huruf dan akhirnya kemiskinan.
2). Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah terdiri dari tiga lintasan:
umum, kejuruan / teknis dan dualsystem. Pendidikan
kejuruan yang mewakili sekolah Kohl i Mubarak. Tahap sekunder umum mencakup 3
tahun pendidikan, sedangkan menengah kejuruan lagu bisa selama 3-5 tahun dan 3
tahun untuk sistem ganda masukkan pendidikan ke kejuruan tingkat menengah, para
siswa harus lulus ujian nasional yang diberikan pada akhir tahap sekunder.
Pada tahun 2004, 77,3 persen siswa yang
menyelesaikan tahap persiapan diperkirakan akan didaftarkan dalam tingkat
sekunder pendidikan ini, mahasiswa memiliki penilaian formatif dan sumatif
selama tahun pertama dan rata-rata akhir tahun ujian standar nasional untuk
tahun kedua dan tiga kualifikasi para siswa untuk mengambil Sertifikat
Pendidikan Menengah Umum-Thanawiya Amma, yang merupakan salah satu persyaratan
untuk masuk ke universitas.
3). Pendidikan Tinggi
Sistem Pendidikan Tinggi Mesir memiliki sistem pendidikan tinggi yang
sangat luas. Sekitar 30% dari semua orang Mesir
dalam kelompok usia yang relevan pergi ke universitas Menurut The
Economist, standar pendidikan di universitas publik Mesir "bukan
main". Departemen Pendidikan Tinggi mengawasi tingkat pendidikan tersier.
Dalam sistem pendidikan saat ini, ada 17 universitas umum, 51 publik lembaga
non-universitas, 16 perguruan tinggi swasta dan 89 perguruan tinggi swasta. Dari 51 lembaga non-universitas, 47 tahun dua-tengah
lembaga teknis (MTIs) dan empat adalah 4-5 tahun lembaga teknis yang lebih
tinggi]. Kohort pendidikan tinggi diperkirakan akan meningkat mendekati 6
persen (60,000) siswa per tahun khususnya tahun 2009 .
2. Jenis-jenis Pendidikan di Negara Mesir
a. Sistem pendidikan Formal
Sistem
pendidikan Mesir mempunyai dua struktur parallel:Struktur sekuler dan struktur
keagamaan Al Azhar. Struktur sekuler
diatur oleh kementerian Pendidikan. Struktur
Al Azhar dilaksanakan oleh kementerian urusan al azhar, ini sering juga disebut
Kementerian agama di negara-negara lain.
Selain dari kedua struktur ini, ada pula jenis sekolah yang diikuti oleh
sejumlah kecil anak-anak. Misalnya,
anak-anak cacat masuk ke sekolah-sekolah khusus; bagi yang ingin menjadi
militer masuk ke sekolah militer, dan ada pula generasi muda yang meninggalkan
sekolahnya dan mendaftar pada program-program nonformal yang diselenggarakan
oleh berbagai badan atau lembaga.
Diagram di bawah ini
menunjukkan kedua struktur pendidikan formal Mesir.
|
|
|
|
Five-year
vocational
|
General
Secondary
School
Preparatory
school
Primary
school Eight
years
school
Grade
Age
100 percent of an age group
1). Sistem Sekolah Sekuler
Pendidikan wajib di Mesir berlaku sampai Grade 8 dan
ini dikenal sebagai pendidikan dasar.
Ada pendidikan taman kanak-kanak dan play group yang mendahului
pendidikan dasar, tetapi jumlahnya sangat kecil dan kebanyakan berada di
kota-kota. Pendidikan dasar ini dibagi
menjadi dua jenjang. Jenjang pertama
yang dikenal dengan Sekolah Dasar mulai dari Grade 1 sampai Grade 5, dan
jenjang kedua, yang dikenal dengan sekolah persiapan, mulai dari grade 6 sampai
Grade 8. Sekolah persiapan ini baru
menjadi pendidikan wajib dalam tahun 1984, sehingga nama “sekolah persiapan”
tidak tepat lagi.
Setelah mengikuti pendidikan dasar selama delapan tahun, murid-murid
punya empat pilihan:Tidak bersekolah lagi, memasuki sekolah menengah umum,
memasuki sekolah teknik menengah tiga tahun, atau memasuki sekolah teknik lima
tahun. Pada sekolah menengah umum, tahun
pertama (Grade 9) adalah kelas bersama.
Pada grade 10 murid harus memilih antara bidang sains dan nonsains (IPA
vs Non-IPA) untuk Grade 10 dan 11.
Pendidikan tinggi di universitas dan institusi spesialisasi lainnya
mengikuti pendidikan akademik umum.
Pendidikan pada sebagian lembaga perguruan tinggi berlangsung selama
dua, empat atau lima tahun tergantung pada bidang dan program yang
dipilih. Semenjak tahun 199, Sebagian tamatan sekolah teknik dibolehkan melanjutkan
ke pendidikan tinggi.
Pertambahan penduduk yang
begitu cepat di Republik Arab Mesir, berdampak meningkatnya tuntutan atas pendidikan,
dan seterusnya, meningkat pula jumlah murid.
Peningkatan jumlah murid ini sebagai pengaruh dari kenyataan bahwa
semenjak revolusi tahun 1952, Mesir selalu berjuang memperluas pendidikan
sebagai salah satu prasyarat untuk pembangunan sosial dan ekonomi.
2). Sistem Sekolah Al-Azhar
Sistem
sekolah Al Azhar hampir sama dengan sistem sekolah sekuler pada tingkat
pendidikan dasar. Perbedaannya ialah bahwa pendidikan agama islam lebih
mendapat tekanan. Tetapi untuk mata pelajaran kurikulumnya seperti
pada sekolah sistem sekuler. Grade 10 dan 11 sama untuk semua murid. Pada akhir grade 11, murid boleh memilih
apakah ingin masuk ke sekolah umum dua tahun lagi, atau masuk ke sekolah agama
selama dua tahun. Pada level
universitas, fakultas-fakultasnya sama dengan yang ada pada pendidikan sekuler tetapi kurikulumnya lebih menekankan
pada keagamaan. Selanjutnya, seluruh
pendidikan guru untuk pendidikan keagamaan hanya diselenggarakan dalam
lingkungan sistem Al Azhar. Sekolah-sekolah Al Azhar lebih sedikit muridnya
dibandingkan dengan jumlah murid sekolah sistem sekuler. Namun pada kenyataannya lebih besar jumlah
tamatan dari jalur Al Azhar yang masuk ke pendidikan tinggi dibandingkan dengan
tamatan sekolah sistem sekuler. Perlu dicatat juga bahwa tidak ada
pendidikan teknik pada sistem Al Azhar.
3). Pendidikan Vokasional dan Teknik
Upaya untuk memperluas
pendidikan kejuruan (vokasional) dan pendidikan teknik dimulai tahun
1950-an. Jumlah sekolah vokasional dan
teknik meningkat dari 134 (dengan 31.800 siswa) dalam tahun 1952 menjadi 460
buah (dengan siswa 115.600) dalam tahun 1960.
b. Pendidikan nonformal
Pendidikan non formal didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan pendidikan
terencana di luar sistem pendidikan formal.
Pendidikan ini dmaksudkan untuk melayani kebutuhan pendidikan bagi
kelompok-kelompok orang tertentu. Apakah
itu anak-anak, generasi muda atau orang dewasa;apakah mereka laki-laki atau
perempuan, petani, pedagang, atau pengrajin;apakah mereka dari orang kay atau
miskin. Di mesir, pendidikan nonformal
terutama dikaitkan dengan penghapusan iliterasi. Dengan demikian, kebanyakan program lebih
dikonsentrasikan pada pendidikan nonformal dalam aspek itu.
Semenjak
tahun 1967, Kementerian pemburuhan menyelenggarakan program penataran untuk
mendidik orang-orang yang telah menamatkan pendidikan tingkat dasar, dan
orang-orang yang putus sekolah formal yang berusia antara 12 dan 18 tahun. Mereka dilatih dalam keterampilan vokasional
yang cocok untuk lingkungan dan kemampuannya.
Pendidikan ini biasanya diselenggarakan selama sembilan bulan:tujuh
bulan di pusat-pusat latihan vokasional, dan dua bulan di tempat-tempat unit
produksi. Para peserta latihan kemudian
ditempatkan bekerja pada sektor pemerintah atau sektor swasta.
Di bawah
pengawasan Kementerian Perindustrian, ada 33
buah pusat pelatihan di berbagai governorat. Pusat-pusat pelatihan ini menyelenggarakan
program-program kilat bagi pekerja yang masih ”semiskilled” melalui pemagangan
di industri-industri, dan juga meningkatkan keterampilan para teknisi. Program bagi orang yang semiskilled ini
diikuti peserta yang berusia sekitar 17 tahun dengan lama program enam
bulan. Program pemagangan dapat pula
diikuti oleh murid-murid yang telah
tamat pendidikan dasar, atau mereka yang tidak akan melanjutkan pendidikannya
ke sekolah teknik. Program pemagangan ini berlangsung selama
tiga tahun. Untuk meningkatkan keterampilan karyawan, perusahaan memilih
karyawan yang telah punya pengalaman kerja minimal lima tahun untuk mengikuti
pelatihan teknis malam hari selama tiga
bulan.
3. Jenis-jenis Sekolah:
Secara umum, ada dua jenis sekolah pemerintah yaitu Sekolah Arab dan
Eksperimental Language Schools.
a. Sekolah Arab,
Pemerintah
menyediakan kurikulum nasional dalam Bahasa Arab. Sebuah
kurikulum pemerintah bahasa Inggris diajarkan
mulai pada tahun keempat Primer dan Perancis ditambahkan sebagai bahasa
asing kedua di Pendidikan Menengah.
b. Eksperimental
Language Schools, mengajar sebagian besar kurikulum pemerintah (Sains,
Matematika dan Komputer) dalam bahasa Inggris, dan menambahkan Perancis sebagai
bahasa asing kedua di Persiapan Pendidikan. Advanced kurikulum bahasa Inggris
disediakan dalam semua tahap pendidikan. Pelajaran sosial diajarkan dalam
bahasa Arab. Siswa diterima ke dalam kelas pertama pada umur tujuh; satu tahun
lebih tua dari sekolah-sekolah Arab.
Secara umum, terdapat empat jenis sekolah swasta:
1). Sekolah Ordinary, kurikulum mereka sangat mirip
dengan sekolah-sekolah pemerintah, tetapi sekolah-sekolah swasta lebih memperhatikan
siswa kebutuhan pribadi dan fasilitas sekolah.
2. Sekolah Bahasa, sebagian besar mengajarkan kurikulum pemerintah dalam
bahasa Inggris, dan menambahkan Perancis atau Jerman sebagai bahasa asing
keduaMereka diharapkan menjadi lebih baik daripada sekolah-sekolah lain, karena
fasilitas yang tersedia, namun biaya mereka jauh lebih tinggi. Beberapa sekolah
tersebut menggunakan bahasa Perancis atau Jerman sebagai bahasa pengantar
utama, tetapi mungkin sulit bagi siswa untuk belajar di universitas pemerintah
dalam bahasa Arab atau Inggris sesudahnya.
3. Sekolah Agama, adalah sekolah yang
berorientasi religius sebagai sekolah Azhar.
4.
Sekolah Internasional, adalah sekolah swasta yang mengikuti kurikulum
negara lain, seperti Inggris, Amerika, atau sistem Perancis, dan gelar yang
diterima dari mereka mendapatkan sertifikasi resmi dari Departemen Pendidikan,
untuk dapat memenuhi syarat untuk mendaftar ke universitas-universitas Mesir,
seperti sekolah menawarkan bahkan lebih baik daripada fasilitas & kegiatan
reguler sekolah swasta dengan biaya yang lebih tinggi, tapi dikritik akan
menyediakan tingkat pendidikan jauh lebih mudah dibandingkan dengan kurikulum
umum, dan beberapa universitas Mesir memerlukan nilai lebih tinggi daripada
siswa sekolah reguler sebagai minimum untuk pendaftaran, atau ekstra ijazah sekolah tinggi seperti SAT. Banyak
sekolah swasta yang dibangun oleh misionaris, saat ini berafiliasi dengan
gereja-gereja dan memberikan pendidikan yang berkualitas. Banyak sekolah swasta yang menawarkan program
pendidikan tambahan, bersama dengan kurikulum nasional, seperti Amerika High
School Diploma, sistem IGCSE Inggris, Perancis baccalauréat, Abitur Jerman dan
International Baccalaureate. Ini adalah jenis sekolah swasta di Mesir. Ini
adalah jenis sekolah swasta di Mesir.
B. Jenjang
Pendidikan Di Indonesia
Dalam usaha pemerataan pendidikan di
Indonesia, usia wajib belajar di Indonesia dimulai sejak 6 hingga 15 tahun
(wajib belajar 9 tahun) dan pemerintah
pusat serta pemerintah daerah wajib menjamin tersedianya dana guna
terselenggaranya pendidikan. Angka melek huruf Indonesia adalah sebesar 87,9%
atau menduduki peringkat 95 dari 179 negara yang disurvei (Wikipedia, 2010).
Menurut
pasal 14 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003, jenjang pendidikan
formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
tinggi. Untuk lebih jelasnya akan
diuraikan lebih lanjut pada bagian berikut.
a) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD) diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. Pendidikan
anak usia dini dapat diselenggaraan melalui jalur pendidikan formal, nonformal,
dan/atau informal, dalam bentuk Taman Kanak-Kanak, Raudhatul Athfal (RA), atau
bentuk lain yang sederajat. (pasal 28, UU
SISDIKNas, 2003)
Pendidikan
Anak Usia Dini pada jalur pendidikan non-formal berbentuk Kelompok
Bermain,Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat (pasal 28,
UU SISDIKNAS, 2003). Pendidikan ini sebagai
upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia
enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan ini merupakan salah satu bentuk
penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah
pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar),
kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual),
sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai
dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini
(Wikipedia, 2010).
b) Pendidikan Dasar
Menurut pasal 17 Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional tahun 2003, pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang
melandasi pendidikan menengah (UU SISDIKNAS, 2003).
Pendidikan
dasar merupakan jenjang pendidikan awal selama
9 (sembilan) tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang
pendidikan menengah. Pada pendidikan dasar ini pada umumnyan terbagi menjadi
Sekolah Dasar (6-12 tahun) dan Sekolah Menengah Pertama (13-15 tahun). Pada pendidikan dasar diberikan mata
pelajaran yang merupakan dasar bagi pendidikan tingkat lanjutan di tingkat
menengah atas.
Pendidikan
dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk
lain yang sederajat, serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah
Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.
Pada masa ini para siswa
mempelajari bidang-bidang studi antara lain: Ilmu Pengetahuan Alam, Matematika,
Ilmu Pengetahuan Sosial, Bahasa
Indonesia, Bahasa Inggris, Pendidikan Seni, Pendidikan Olahraga, dan lain-lain.
Di akhir masa pendidikan di SD, para siswa harus mengikuti dan lulus dari Ujian Nasional (UN) untuk dapat melanjutkan pendidikannya ke SMP dengan lama pendidikan 3 tahun. Pada akhir pendidikan di Sekolah Menengah Pertama juga diadakan ujian untuk menyelesaikan pendidikan 3 tahun.
3) Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah merupakan
jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar (pasal 18, UU SISDIKNAS 2003),
dengan umur berkisar
16-18tahun.
Pendidikan menengah terdiri
atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan
menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kjuruan (MAK), atau bentuk lain
yang sederajat. Lama pendidikan menengah atas ini adalah 3 tahun.
Setiap jenjang terdapat ujian yang diselenggarakan oleh negara dibawa
Kementerian Pendidikan Nasional. Ujian tersebut dilaksanakan pada akhir
pendidikan disetiap jenjang yang bertujuan sebagai syarat untuk yang melanjutkan pendidikan pada tingkat yang
lebih tinggi (ke akademi atau perguruan tinggi ).
Di Indonesia, pada Sekolah
Menengah Atas, jurusan yang ada adalah jurusan Ilmu Alam, Ilmu Sosial, dan
Bahasa, sedangkan di Sekolah Menengah Kejuruan banyak jurusannya. Pada Sekolah
Menengah Kejuruan, dilakukan pemisahan sesuai bidangnya. Sekolah Menengah
Kejuruan jurusan Otomotif,
Kimia, Teknik Komputer,
Elektronika, Gambar, Bangunan, Listrik, Bengkel, Kayu, Administrasi
Perkantoran, Akuntansi, Manajemen, Tata
Boga, Tata Busana, Tata Laksana, Kecantikan, Agribisnis, Holtikultura,
Perikanan, Kesenian, Musik, dan sebagainya (Kunandar, 2009).
Kenaikan
kelas pada tingkat sekolah menengah dilaksanakan pada tiap akhir tahun ajaran.
Pada akhir jenjang tingkat menengah, terdapat ujian nasional yang
diselenggarakan oleh negara dibawah Kementerian Pendidikan Nasional. Ujian
tersebut juga dilaksanakan pada akhir pendidikan disetiap jenjang yang
bertujuan sebagai syarat untuk yang
melanjutkan pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi. Tetapi ujian akhir pada
tingkat menengah ini belum bisa dijadikan dasar untuk masuk perguruan tinggi
(Kunandar, 2009).
Selain
jenjang pendidikan di atas, di Indonesia terdapat juga pendidikan lain sebagai
berikut.
1) Pendidikan Vokasi
Pendidikan
vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk
memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal dalam jenjang
diploma 4 setara dengan program sarjana (strata 1).
2)
Pendidikan Keagamaan
Pendidikan keagamaan merupakan
pendidikan dasar, menengah, dan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk
dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran
agama dan/atau menjadi ahli ilmu agama (pasal 30, UU SISDIKNAS 2003).
3)
Pendidikan Kedinasan
Pendidikan
kedinasan merupakan pendidikan yang diselenggarakan oleh departemen atau
lembaga nondepartemen( pasal 29, UU SISDIKNAS 2003). Pendidikan ini berfungsi
meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dalam pelaksanaan tugas kedinasan bagi
pegawai dan calon pegawai negeri suatu departemen atau lembaga nondepartemen.
4) Pendidikan Jarak Jauh
Pendidikan
jarak jauh dapat diselenggarakan pada semua jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan (pasal 31, UU SISDIKNAS, 2003). Pendidikan ini berfungsi memberi
layanan pendidikan kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti
pendidikan secara tatap muka atau reguler.
5)
Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus
Pendidikan khusus merupakan
penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta
didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif
(bergabung dengan sekolah biasa) atau berupa satuan pendidikan khusus pada
tingkat pendidikan dasar dan menengah (dalam bentuk Sekolah Luar Biasa/SLB)
(pasal 32, UU SISDIKNAS, 2003). Pendidikan layanan khusus merupakan pendidikan
untuk peserta didik di daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat
terpencil, dan/atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu
dari segi ekonomi.
C.
Perbandingan Pendidikan di Mesir dan
Indonesia
Jenjang pendidikan di Mesir dan di Indonesia berdasarkan
perkembangan usia adalah sama. Perbedaan terdapat pada penekanan pendidikan
dasar, di Indonesia 9 tahun meliputi SD dan SMP, sedangkan di Mesir 8 tahun
yaitu pada Primary School.
Perbandingan jenjang pendidikan
di Mesir dan di Indonesia
C. Penutup
1. Sistem pendidikan Mesir sangat sentralistik, dan dibagi menjadi
tiga tahap yaitu. Pendidikan Dasar terdiri dari Tahap primer dan tahap
persiapan, Pendidikan Menengah
dan Pasca Pendidikan Menengah.
2.
Jenis pendidikan di negara Mesir terdiri dari pendidikan formal yang
meliputi sistem pendidikan sekuler, sistem pendidikan Al Azhar dan sistem
pendidikan vocasional, dan pendidikan non formal
3. Jenjang
pendidikan di Mesir dan di Indonesia berdasarkan perkembangan usia adalah sama.
Perbedaan terdapat pada penekanan pendidikan dasar, di Indonesia 9 tahun
meliputi SD dan SMP, sedangkan di Mesir 8 tahun yaitu pada Primary School.
D. Sumber Referensi
Himpunan Perundang-Undangan RI tentang Sistem
Pendidikan Nasional, 2003.
Kunandar, 2009. Guru Profesional. Rajawali Pers, Yogyakarta.
Syah Nur, Agustiar. 2001.
Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara. Penerbit Lubuk Agung. Bandung.
http://en.wikipedia.org/wiki/Education_in_Egypt
http://www.mapsofworld.com/egypt/education/
http://countrystudies.us/egypt/71.htm
Langganan:
Postingan (Atom)